22 April 2014

10 Teori tentang Realitas dan Alam Semesta

Kenyataan tidak semudah dan sesederhana yang kita kira. Hal-hal yang kita anggap benar, pada kenyataannya, terbukti salah. Para ilmuwan dan filsuf telah melakukan yang terbaik untuk merobohkan teori-teori 'common senses' — seperti 10 contoh teori-teori yang akan anda lihat di bawah ini:


 10  Big Freeze

"Big Freeze", atau yang disebut juga "Heat death", adalah salah satu teori tentang berakhirnya alam semesta. Nama "Heat Death" berasal dari gagasan bahwa, dalam sebuah sistem yang terisolasi (contohnya alam semesta), entropi akan terus meningkat hingga mencapai nilai maksimum. Jika itu terjadi, energi panas dalam sistem tersebut akan dibagi secara merata, sehingga menyebabkan tidak ada ruang untuk energi (atau panas) yang dapat digunakan. Yang artinya, 'Mechanical motion' atau gerakan mekanis dalam alam semesta tidak akan mungkin lagi. Yang mengingatkan kita oleh perkataan T.S. Eliot: "This is the way the world ends: not with a bang but with a whimper."


 9  Solipsisme

Silopsisme adalah teori filosofis yang menyatakan bahwa tidak ada yang dapat dipastikan kecuali pikiran diri sendiri. Teori ini kedengarannya seperti hal yang bodoh pada saat pertama kali; dan siapa juga yang ingin menolak bahwa dunia di sekelilingnya itu tidak nyata? Masalahnya adalah kita tidak bisa mengkonfirmasi keberadaan apapun kecuali keberadaan kesadaran atau pikiran anda sendiri.

Tidak percaya? Coba pikirkan mimpi yang paling masuk akal dan 'realistis' yang pernah anda dapat pada saat anda tidur. Bukankah mungkin saja bahwa apa yang anda lihat sekarang tidak lain hanyalah sebuah mimpi panjang yang sangat rumit? Tapi kita mempunyai teman dan keluarga yang keberadaannya dapat kita buktikan, hanya dengan menyentuhnya, benarkan? Salah. Orang-orang pengguna LSD, terkadang melaporkan bahwa mereka melihat (dan menyentuh) halusinasi yang sangat meyakinkan atau nyata—namun kita tidak beranggapan bahwa ilusi tersebut adalah hal yang nyata.

Jadi apa yang kita dapat buktikan? Yah, bahkan bukan paha ayam yang kita makan tadi siang, ataupun handphone yang sedang kita pegang; hanya pikiran kita yang dapat kita buktikan oleh satu sama lain.


 8  Idealisme



Idealisme” adalah keyakinan bahwa segala sesuatu ada sebagai sebuah ide dalam pikiran—atau lebih tepatnya, sebagai sebuah ide dalam pikiran seseorang. George Berkeley, seorang filsuf idealis terkenal, mendapati bahwa pandangannya ditolak sebagai hal yang konyol oleh rekan-rekannya. Salah satu lawannya mengatakan bahwa dia menutup matanya, menendang batu, dan menyatakan: "Saya membantahnya dengan demikian"

Intinya adalah jika batu tersebut hanya ada dalam pikiran manusia, dia seharusnya tidak bisa menendangnya dengan mata tertutup. Penolakan Berkeley tentang hal ini agak merepotkan, khususnya di pandangan masyarakat modern. Dia menyatakan bahwa ada Tuhan yang Maha Kuat dan omnipresen (Maha Hadir), yang bisa melihat siapapun dan apapun secara bersamaan. Setuju atau tidak? Anda yang memutuskan.


 7  Plato and the Logos

Semua orang tentu pernah mendengar Plato. Dia adalah seorang filsuf yang paling terkenal—dan seperti semua filsuf, dia pasti punya sesuatu untuk dikatakan tentang realitas. Plato menyatakan bahwa selain dunia yang kita semua ketahui, terdapat dunia lain yang "sempurna." Semua yang kita lihat di sekeliling kita hanyalah bayangan, tiruan dari hal yang nyata. Dengan mempelajari filsafat, kita dapat berharap untuk melihat hal yang aslinya.
Untuk menambah hal yang mengejutkan ini, Plato, sebagai seorang monis, mengatakan kepada kita bahwa semuanya terbuat dari zat tunggal. Ini berarti (menurut pandangannya), berlian, emas, dan kotoran pun terdiri dari substansi dasar yang sama yang disusun dengan cara yang berbeda—dan menurut ilmu pengetahuan modern, teori ini mungkin tidak terlalu jauh dari kebenaran.

 6  Presentisme
Waktu adalah sesuatu yang kita anggap sudah seharusnya: jika kita mempertimbangkan sejenak, kita biasanya membaginya cukup menjadi masa lalu, masa kini, dan masa depan. "Presentis" filsuf, tetapi, berpendapat bahwa tak ada masa lalu atau masa depan; hanya masa kini yang ada
.
Dengan kata lain, ulang tahun anda yang terakhir tidak ada dan setiap kata dalam artikel ini akan hilang setelah anda melihatnyasampai anda melihatnya kembali. Tidak ada masa depan, karena waktu tidak bisa keduanya ke belakang dan ke depan, menurut Saint Augustine. Atau dalam perkataan sarjana besar agama Buddha, Fyodor Shcherbatskoy: "Everything past is unreal, everything future is unreal, everything imagined, absent, mental . . . is unreal. . . . Ultimately real is only the present moment of physical efficiency."

 5  Eternalisme
Eternalisme menghadirkan kontras yang tajam dengan presentisme. Teori filsafat ini menyatakan bahwa waktu sebenarnya mempunyai banyak lapisan, dan mungkin bisa dibandingkan dengan sebuah kue bolu. Semua lapisan ada secara bersamaan, tapi lapisan yang dilihat oleh pengamat tertentu tergantung dari di mana dia berdiri.
Jadi dinosaurus, Perang Dunia II dan Lady Gaga semua ada pada saat yang sama tapi hanya dapat dilihat dari sudut pandang tertentu. Menurut pandangan ini, masa depan menjadi deterministik dan kemauan bebas tampaknya hanya menjadi ilusi.

 4  Brain in the Vat
Brain in the Vat thought-experiment” adalah masalah yang ditemukan oleh filsuf dan ilmuwan yang mengajukan bahwa dunia luar secara independen bisa diverifikasi.
Jadi apa masalahnya? Nah, mari kita bayangkan sejenak bahwa kita hanyalah otak yang ada di dalam tong, dengan persepsi kita sedang dimanipulasi oleh alien atau ilmuwan gila.. Bagaimana kita bisa tahu? Dan bagaimana kita bisa membantah kemungkinan situasi tersebut sedang terjadi kepada diri kita?
Brain-in-vat adalah modern spin dari masalah Descartes; keduanya memiliki maksud yang sama—bahwa kita tidak dapat membuktikan keberadaan apa-apa kecuali kesadaran kita sendiri—tetapi menggunakan 'thought-experiments' yang agak berbeda. Dan jika hal ini terdengar seperti "the Matrix", hal itu karena the Matrix itu berdasarkan pada skenario ini.

 3  Multiverse Theory

Siapapun yang tidak tinggal di bawah batu selama sepuluh tahun ini pasti pernah mendengar tentang multiverse, atau parallel universe, teori. Dunia parallel—seperti yang kita ketahui—dikatakan sangat mirip dengan dunia kita, dengan hanya sedikit (atau dalam beberapa hal, banyak) perbedaan. Menurut teori ini, jumlah alam semesta ini tidak terbatas.
Jadi apa implikasinya bagi kita? Jadi: dalam satu parallel universe, anda sudah terbunuh oleh dinosaurus dan sekarang telah terbaring delapan meter di bawah tanah. Dalam dunia yang lain, anda adalah diktator yang kuat dengan sikap moral yang dimiliki oleh Saddam Hussein. Dalam dunia yang lainnya lagi, anda bahkan belum lahir—anda bisa membayangkannya.


 2  Fictional Realisme

Implikasi paling menarik dari Multiverse Theory? Superman itu nyata. Mungkin beberapa dari kalian mempunyai ide yang lebih menarik—tapi untuk saat ini mari kita berbicara tentang Superman. Secara logika, jika jumlah alam semesta tidak terbatas, maka pasti ada beberapa yang mengandung versi kehidupan nyata dari karakter fiksi favorit kita.

 1  Phenomenalisme

Pernah berpikir apa yang terjadi di belakang anda? Para filsuf sudah mempelajari masalah ini dengan sungguh-sungguh, dan sudah mencapai kesimpulan yang sederhana: mereka lenyap. Yah—tidak juga. Beberapa filsuf, yang dikenal sebagai “phenomenalists”, percaya bahwa sesuatu hanya ada sejauh jika mereka dianggap. Dengan kata lain, kue keju anda hanya ada selama anda menyadari keberadaannya. Jadi untuk pohon-pohon yang jatuh di hutan dengan tidak ada orang yang mendengarnya; mereka tidak nyata. Tidak ada persepsi, tidak ada eksistensi. Itulah phenomenalisme secara sederhana.


Source

0 comments:

Post a Comment